BAB I
Kata
Pengantar
1.1
Latar Belakang Penelitian
Saat ini film telah diakui sebagai karya seni,
namun tidak demikian pada awal munculnya. Meskipun pada saat kelahirannya film
sangat populer, tetapi pengakuan masyarakat pada nilai artistik film masih belum
terlihat.
Jika kita benar-benar ingin memahami film, maka
kita harus mengetahui aspek-aspek pembangun dari sebuah film. Seperti layaknya
karya seni lainnya, film juga memiliki sifat-sifat dasar dari sebuah karya
seni. Seperti seni pahat, film memiliki garis, susunan, warna, bentuk, volume
dan massa. Seperti seni drama, film melakukan komunikasi visual melalui laku
dramatik, gerak dan ekspresi dan komunikasi verbal melalui dialog. Seperti seni
musik, film mempergunakan irama yang kompleks dan halus. Seperti seni puisi,
film berkomunikasi melalui citra dan metafora juga lambang-lambang. Seperti
pantomim, film memusatkan diri pada gambar bergerak. Seperti seni tari, gambar
bergerak pada film memiliki sifat-sifat ritmis tertentu. Seperti novel, film
memiliki kesanggupan untuk memainkan ruang dan waktu. Nah, ternyata film sangat
memiliki hampir semua aspek dari seni-seni yang lain.
Selain banyak persamaan dengan karya seni lain,
film juga memiliki perbedaan yang merupakan nilai lebih dari karya seni lain.
Film dapat bergerak bebas dan tetap sehingga mampu mengatasi keterbatasan
statis dari sebuah karya lukis dan pahat. Film memiliki kemampuan mengambil
sudut pandang, gerak, waktu yang beragam yang tidak dapat dilakukan dengan seni
drama panggung. Berbeda dengan novel, film tidak berkomunikasi dengan
lambang-lambang yang tercetak pada media kertas, tetapi film berkomunikasi
melalui lambang visual dan suara aslinya atau juga dengan rekayasa.
Saat ini film hampir mengakomodasi sensasi dari
seluruh panca indera manusia. Mungkin masyarakat luas hanya dapat menikmati
film melalui indera mata dan telinga. Namun di sejumlah gedung bioskop di luar
negeri mulai diupayakan melepas aroma tertentu demi menunjang penghayatan dari
sebuah cerita film. Selain itu juga dengan peralatan listrik dan teknologi
komputer yang canggih, saat ini film dapat dinikmati dengan sensasi gerak dan
raba.
Disini penulis ingin membahas mengenai Seorang
Wanita Mencari Segalanya di Italia, India dan Indonesia. Dimana perempuan yang
berusia tiga puluh tahun yang mengalami depresi akibat perceraiannya. Dia pun
ingin memiliki segalanya yang diinginkan oleh seluruh wanita di dunia, yakni
memilik seorang suami, rumah dan karir yang cemerlang. Maka dari sinilah ia
mulai menjual semua yang ia miliki, meninggalkan pekerjaannya dan meninggalkan
semua orang yang dicintainya. Demi mendapatkan sebuah kebahagiaan yang selama
ini ia inginkan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Karakter apa yang diperankan oleh Elizabeth
Gilbert?
2.
Episode apa yang menunjukan masa dimana
Elizabeth Gilbert sangat terpukul dan frustasi akan jati dirinya?
1.3 Tujuan
Penelitian
1.
Untuk mengetahui karakter yang diperankan oleh
Elizabeth Gilbert
2.
Untuk mengetahui bagian episode yang menunjukan
masa Elizabeth sangat terpukul dan frustasi akan jati dirinya
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini bahwa peneliti
mengharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan pembaca tentang
karakterisasi tokoh dalam novel. Selain itu, peneliti berharap bahwa penelitian
ini dapat memotivasi para pemuda dalam mengatasi masalah jati dirinya kelak
saat mereka dihadapi akan kehidupan nyata yang akan mereka jalani. Peneliti juga berharap penelitiannya dapat menambahkan bervariasi penelitian lebih,
dari penelitian sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar